Rajawali Pawitra Arga Saksi Kidung Cinta Putri Pulau Dewata

Rajawali Pawitra Arga Saksi Kidung Cinta Putri Pulau Dewata


JAKMAS | Mojokerto Selasa Pahing, 01 April 2024. Keindahan dan keartistikan bangunan masa lalu masih bisa terlihat dan disentuh dengan nyata. Dan penulis lebih suka menyebutnya Berudak Pawitra Arga atau orang lain menyebut tempat sakral itu dengan Jolotundo.

Candi Berudak di lereng gunung Penanggungan yang berair jernih itu sampai saat ini masih banyak dikunjungi tamu dari daerah lain,baik sekedar untuk plesir atau ritual dengan serius.

Dihari hari tertentu para pengunjung khusus dari kalangan spiritual pun selalu hadir untuk melakukan puja mantram untuk leluhur dan membawa pulang air wening Jolotundo yang dipercayai mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Sekilas kita bisa bayangkan seperti apa keAgumgan tempat ini apalagi yang menggunakannya adalah para petinggi Kerajaan sebagai tempat Melukat atau ritual pembersihan diri.

Dahulu kala jumlah penduduk belumlah sebanyak sekarang dan jalananpun belum sebagus saat ini maka bisa dibayangkan seperti apa kondisi lebatnya pepohonan dihutan lereng gunung Pawitra atau gunung Penanggungan ini. Berarti leluhur kita lah yang hebat.

Konon dikisahkan adalah seekor burung Rajawali yang sangat besar dan itu merupakan tunggangan Sang Prabu Udayana dan bila istri yang berada di Bali itu merindukan Sang Prabu maka terbanglah burung Rajawali itu menjemputnya untuk bertemu suaminya dan mengantarkannya kembali pulang ke Bali. Tidak ada yang mustahil di dunia ini bila itu kehendak Hyang Widhi Wasa, KeAjaiban selalu ada disetiap jaman.

Tidaklah aneh dalam kisah opera kolosal Anak Manusia bahwa Kidung Cinta Para Kasatriya tidak bisa lepas dari hadirnya peri peri cantik pengjibur lara atau pertemuan menjalani ikatan Karma untuk jejibahan agung di dunia tanpa aksara Cinta atau romance picisan ala novel anak sekolah yang sedang dilanda cinta monyet.

Dalam suatu perjuangan tak lepas dari cinta lokasi sebagai pereda gejolak libido yang meledak ledak bak palagan kurusetra.

Dari kata konon dikisahkan dan menjadi mitos atau legenda namun bila berganti jaman pun kehadiran burung Rajawali selalu menjadi simbol nyata bahwa ritual suci harum dupa bunga dan puja mantra mampu menjadi pintu dimensi antah berantah bagi keluar masuknya vibrasi yang menghubungkan kasunyatan dan keastralan.

Masihkah tidak percaya?

Semua mampu menjalankan peran dalam drama kolosal kisah Anak Manusia yang sangat indah mendayu dayu atau setragis Perang Mahabarata.

Berganti masa telah berlalu, Berudak Pawitra Arga tidak bergeming dari Singgasananya tetapi manusianya lah yang patah tumbuh hilang berganti bahkan sudah tidak ingat lagi tempat suci yang sekarang lebih dikenal dengan nama Jolotundo.

Harumnya daun berguguran dan gemricik air yang tiada henti seolah mampu mereview kembali ingatan file lawas bak film dokomenter diotak manusia yang diberi kemampuan lebih dari yang lain.

Salam Cinta Anak Negri. Dewi Kushmanda.

Previous Post Next Post