Tumpeng Sebagai Manifestasi Do'a

Ki Joko Wiguno tokoh Budayawan dan Aktivis dari Nganjuk


SWARADHARMA - Nganjuk Sabtu 17 Februari 2024. Yayasan Jatiroso Nganjuk pimpinan Ki Joko Wiguno yang berdiri sejak tahun 2000 sampai sekarang masih eksis dalam kegiatan rutin di setiap bulan Syuro,Rejeb dan Selo dalam satu tahun gelar tiga kali agenda rutin.

Tumpeng 9 adalah agenda yang merupakan  salah satu cara nguri uri adat dan tradisi leluhur di Nusantara ini, khususnya Tumpeng pakem khas Nganjuk.

Ki Joko Wiguno yang punya nama asli Joko Sumarno ini adalah seorang Guru olah raga di salah satu SMK di Kabupaten Nganjuk, juga Ketua Padepokan Lemah Wingit, Ketua ANTITORIS (Anti Narkoba dan Teroris) dan Sekda PAS (Penyelamat Aset Sekolah) semua aktivitasnya di  Wilayah Kabupaten Nganjuk. Namun demikian keperduliannya pada adat seni dan tradisi daerah bisa menjadi suri tauladan bagi pegiat budaya yang lainnya.

Ritual penyerahan 9 pucuk tumpeng dari yang muda kepada para sepuh itu tentu mempunyai filosofi yang dalam yang berkaitan dengan pranatan dan paugeran leluhur Negri ini yang bisa juga disebut trapsilaning urip (tatanan kehidupan).

Sudah menjadi tradisi turun temurun di Negri kita ini bila mengadakan bancaan atau selamatan itu divisualisasikan dalam sajian makanan salah satunya dalam bentuk nasi tumpeng,pala pendem,pala gemandul , bunga setaman , bunga telon , bunga panca warna , cok bakal dan buah seperti pisang raja dan sebagainya masih banyak aneka ragam pernik pernik sesaji.

Semua itu merpakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas melimpahnya hasil panen misalnya , maka nasi tumpeng dan sesaji pendampingnya beda lagi bentuk jajanannya beraneka ragam dan beda pula terjemahan filosofinya.

Seperti halnya tumpeng pakem dari Nganjuk saat ini terkenal sampai ke manca negara, menurut keterangan Ki Joko Wiguno mengakhiri obrolan dengan kami.

Jurnalis: Dewi Kushmanda.
Previous Post Next Post